Mengapa hal demikian dapat terjadi? Tentu ada banyak factor yang mendukung pernyataan tersebut.Berikut adalah perbedaan-perbedaan yang mendasar antara boss dengan pemimpin
Seorang boss biasa nya menciptakan rasa takut dalam diri anak buahnya sedangkan seorang pemimpin membangun kepercayaan diri anak buah nya sehingga mereka dapat lebih berkembang lagi dalam karier yang sedang mereka jalani sekarang ini.Sebagai contoh seorang boss mmberlakukan berbgai macam sanksi bagi para karyawan yang melakukan kelalaian.Hal ini akan menyebabkan karyawan menjadi disiplin namun didasari oleh rasa takut terhadap boss nya bukan atas kesadaran dirinya sendiri.Sedangkan seorang pemimpin akan lebih memotivasi anak buahnya sehingga mereka akan mempunyai kesadaran diri sendiri untuk melakukan hal-hal yang lebih baik bagi mereka dan juga perusahaan.
Seorang boss mengatakan “saya”. Seorang pmimpin mengatakan “kita”.Artinya adalah seorang boss lebih memiliki ego yang tinggi sehingga ia lebih bersikap individual.Sementara seorang pemimpin tidak hanya memikirkan diri nya sendiri melainkan juga menempatkan diri nya sebagai bagian dari perusahaan atau organisasi tersebut sehingga ia merasa bahwa perusahaan tersebut dapat berkembang dengan baik bukan atas diri nya sendiri melainkan hasil kerja keras bersama.
Seorang boss mengandalkan kekuasaan.Seorang pemimpin mengandalkan kerjasama.Hal ini tentu nya sangat sering kita lihat dalam realita yang ada dikehidupan kita sekarang ini.Banyak boss yang memanfaatkan jabatanya atau kekuasaan nya sebagai alat untuk memerintah anak buahnya seenaknya demi kepentingan pribadi.Sedangkan seorang pemimpin lebih mau ikut campur dalam setiap kegiatan yang ada dalam suatu organisasi atau perusahaan tersebut.
Seorang boss menyetir sedangkan Seorang pemimpin memimpin. Yang dimaksud dengan menyetir disini adalah seorang boss menyetir perusahaannya sendiri tanpa mau mendengarkan masukan dari orang lain yang mungkin dapat lebih baik dari pendapatnya (otoriter).Sedangkan pemimpin dapat memimpin perusahaanya dengan bijak sehingga ia tidak hanya menuruti keinginan nya sendiri melainkan juga menerima masukan-masukan dari para karyawan atau anak buah nya.
Seorang boss menyalahkan sedangkan Seorang pemimpin menyelesaikan masalah dan memperbaiki kesalahan. Bila ada suatu masalah, maka seorang boss akan lebih memilih untuk menyalahkan anak buahnya tanpa memberitahu apa kesalahan karyawan tersebut, dimana kesalahan karyawan tersebut dan bagaimana cara memperbaiki kesalahan tersebut. Sedangkan seorang pemimpin berlaku sebaliknya. Bila terjadi suatu kesalahan yang dilakukan oleh karyawannya, dia akan berusaha mencari tahu kesalahan apa yang dilakukan oleh karyawan tersebut dan bila sudah tahu, ia akan menasehati karyawan tersebut sehingga karyawannya itu akan berusaha memperbaiki kesalahannya dan tidak akan mengulanginya lagi serta karyawan tersebut dapat berkembang ke arah yang lebih positif.
Seorang boss menguasai 10% tenaga kerja bermasalah,sedangkan seorang pemimpin menguasai 90% tenaga kerja yang kooperatif. Jika seorang pemimpin yang berjiwa seorang boss, maka dia tidak akan sepenuhnya memahami situasi dan kondisi yang ada didalam perusahaannya. Maka ia tidak akan sepenuhnya memahami karyawan-karyawan nya masing-masing. Sedangkan pemimpin akan berusaha untuk semaksimal mungkin untuk memahami situasi dan kondisi serta sifat-sifat karyawannya.
Seorang boss menyebabkan dendam bertumbuh, sedangkan Seorang pemimpin memupuk antusiasme yang bertumbuh. Hal ini disebabkan oleh perilaku boss yang terlalu sering memerintah,mengatur, dan mengomeli karyawan bahkan sampai memberlakukan hukuman yang cukup memberatkan karyawan. Selain itu para boss juga suka menggunakan jabatannya untuk memberikan ancaman berupa pemutusan hubungan kerja atau memecat para karyawannya apabila tidak mematuhi aturan yang berlaku di perusahaan tersebut. Hal ini tidak jarang menimbulkan perasaan dendam di hati para karyawanya. Sedangkan seorang pemimpin akan memberikan dorongan dan motivasi untuk para karyawannya dan menciptakan suasana kerja yang nyaman bagi karyawannya sehingga dapat menumbuhkan antusiasme kerja bagi para karyawannya.
Seorang boss menyebabkan pekerjaan menjemukan, sedangkan Seorang pemimpin menyebabkan pekerjaan menyenangkan/ menarik. Situasi yang sering kita lihat di perusahaan-perusahaan yang ada pada saat ini adalah situasi yang tegang dan sangat tidak menyenangkan. Para karyawan hanya bekerja berdasarkan tekanan dan paksaan dari boss. Hal ini tentu nya sangat menjemukan dan tidak menumbuhkan semangat kerja dan produktifitas kerja para karyawan. Sedangkan pemimpin akan memberikan suasana kerja yang menyenangkan. Hal tersebut tentu mempengaruhi produktifitas setiap karyawan karena lingkungan kerja mempunyai andil yang besar dalam mendukung semangat kerja karyawan .
Seorang boss tahu bagaimana sesuatu dikerjakan sedangkan seorang pemimpin tahu bagaimana mengerjakannya. Begitu ada suatu pekerjaan, seorang boss hanya mau melihat hasilnya tanpa mempedulikan bagaimana susahnya pekerjaan itu dikerjakan oleh para karyawan. Hal itu menyebabkan boss kadang-kadang tidak akan bisa bekerja bila karyawannya tidak hadir (absen). Karena seorang boss tidak tahu dan tidak akan pernah tahu bagaimana proses suatu pekerjaan dibuat. Sedangkan seorang pemimpin yang baik tidak akan berlaku seperti itu. Di setiap pekerjaan dia akan terjun langsung untuk memonitori dan mengontrol kegiatan para karyawan sehingga tercipta rasa kebersamaan antara pemimpin dan karyawannya.
***
How To Be A Good Leader
1. Pemimpin Tidak Pernah Berhenti Untuk Terus Meningkatkan Performa Team Kerjanya, Memanfaatkan Setiap Celah Untuk Mengevaluasi, Mengarahkan dan Membangun Kepercayaan Diri.
Habiskan sebagian besar waktu dan energi untuk tiga hal tersebut.
Evaluasi - Menempatkan the right man on the right place, memberi support dan mengeluarkan orang yang tidak memberikan nilai tambah.
Pengarahan - Menjadi guide, memberi kritik, sekaligus membantu bawahannya untuk meningkatkan performa kerjanya dg berbagai cara.
Membangun Kepercayaan Diri - Dengan memberi semangat, perhatian dan penghargaan atas pekerjaan bawahannya. Kepercayaan diri bisa memberi energi lebih untuk motivasi berprestasi.
2. Pemimpin Meyakinkan Orang Untuk Bukan Hanya Melihat Visi, tapi Juga Hidup dan Bernapas dengan Visi Tersebut.
Intinya, pemimpin harus menentukan visi teamnya dan membuat itu menjadi kenyataan. Caranya, pertama adalah buat visi itu sejelas mungkin, mudah dimengerti dan dicerna, nggak perlu jargon-jargon rumit, visi harus terus dikomunikasikan setiap saat dan dengan siapa saja. Masalah umum adalah, visi biasanya dibicarakan di tingkat atasan saja dan tidak menurun ke level bawahan, padahal visi hanya bisa dicapai jika semua orang terlibat.
3. Pemimpin ‘Merasuki’ Setiap Orang, Memompa Energi Positif dan Optimisme.
Pekerjaan bisa amat berat, dan salah satu fungsi pemimpin adalah melawan tarikan gravitasi negatif dan memberikan aura positif dan optimisme, ini adalah teknik psikologis yang teramat bergantung pada pembawaan pribadi sang pemimpin, dan ini harus diasah jika ingin menjadi pemimpin yang berhasil.
4. Pemimpin Membangun Kepercayaan dengan ketulusan, keterbukaan dan penghargaan.
Bawahan harus mengetahu dimana mereka berdiri, pemimpin juga harus terbuka tentang kondisi usaha yang sebenarnya. Saat masa-masa sulit, pemimpin harus fair mengambil tanggungjawab untuk hal-hal yang salah, namun saat masa-masa kesuksesan, pemimpin harus royal dalam memberikan pujian dan penghargaan.
5. Pemimpin Memiliki Keberanian untuk Membuat Keputusan yang Tidak Populer dan Bernyali Besar.
Ada kalanya seorang pemimpin harus mengambil keputusan yang sulit, seperti memecat pegawai, memotong anggaran, menutup proyek. Dia harus menghadapi berbagai tantangan dan kritik. Disini seorang pemimpin tetap harus menjadi pendengar yang baik dan menjelaskan keadaannya dengan jelas, sekaligus terus maju dengan keputusan tersebut jika memang itu yang terbaik bagi perusahaan.
6. Pemimpin Selalu Tergerak oleh Rasa Ingin Tahu, Berusaha Mendapatkan Semua Jawaban dan Penjelasan, juga Mengutamakan Aksi Nyata.
Intinya, menjadi seorang pemimpin bukan berarti menjadi seseorang yang tahu tentang segala detail. Pemimpin jangan segan-segan terlihat seperti orang bodoh saat menanyakan suatu hal yang tidak dimengertinya kepada bawahan. Setiap diskusi haruslah menggunakan kata-kata tipikal, “What If?”, “Why Not?”, “How Come?” yang semuanya membutuhkan penjelasan panjang untuk mendapatkan pengertian yang sejelas2nya. Pertanyaan2 tersebut bisa menaikkan suatu issue yang membutuhkan penanganan aksi nyata.
7. Pemimpin Menginspirasi Pengambilan Resiko dan Pembelajaran dengan Memberi Contoh Nyata.
Kedua hal ini biasanya manis dalam teori saja. Dalam menghadapi keseharian kerja, seoarang pemimpin harus bisa menjadi contoh bagi bawahannya, tegas namun juga tetap rasional (menerima penjelasan) dan tetap memiliki sense of humor, di satu sisi bawahan tidak menganggap pemimpinnya sebagai monster dan mereka nyaman bekerja dengannya namun juga tetap memiliki batasan yang jelas, intinya pemimpin haruslah baik hati namun tetap berwibawa.
8. Pemimpin Merayakan Kesuksesan Bersama-Sama
Membuat suatu perayaan kecil bersama saat suatu terget diraih kedengarannya kurang professional, namun sebaliknya, selalu ada hal-hal yang bisa dirayakan bersama. Perayaan spontan di kantor bisa membentuk atmosfer positif dan rasa dihargai. Jangan sia-siakan setiap momentum yang bisa dirayakan, dalam jangka panjang hal tersebut bisa membuat team lebih solid dan percaya diri. Work is too much part of life not to recognize moments of achievements.
Penutup, saat ditanyakan kepada Jack Welch, apakah kepemimpinan adalah bakat atau suatu hal yang bisa dipelajari? Jawabannya adalah, dua-duanya! Beberapa karakteristik seperti IQ dan energy, biasanya bawaan sejak lahir, namun di lain sisi, banyak hal-hal yang biasanya dipelajari dari kehidupan nyata dan akademis, kepercayaan diri di rumah, sekolah, dan bidang olahraga, pengalaman organisasi, pelatihan, interaksi dengan lingkungan sosial dan kerja, bagaimana menghadapi suatu kegagalan dan bangkit lagi, dan lain-lain, dengan waktu dan proses, kepemimpinan adalah suatu hal yang bisa diasah.
***
Contoh sosok seorang pemimpin yang baik :
Harry Gordon Selfridge adalah pendiri salah satu department store (pusat perbelanjaan) di London yang merupakan salah satu department store terbesar di dunia. Ia mencapai kesuksesan tersebut dengan menjadi seorang ‘pemimpin’ dan bukan dengan menjadi ‘Boss’.
Menurut pendapat John C, Maxwell, yang menyoroti perbedaan antara boss dan pemimpin mengatakan, seorang pemimpin lebih punya itikad baik, lebih bijak, baik dalam sikap dan tingkah lakunya. Dia lebih bisa melatih atau mendidik pengikutnya. Katakanlah, seorang karyawan yang baru masuk menjadi cepat berkembang, karena pemimpin mampu menimbulkan rasa antusiasme pada karyawannya.
Tetapi lain halnya, dengan seorang boss. Boss lebih mirip dengan juragan, seorang boss itu lebih banyak maunya sendiri. Egoismenya tinggi, dan sikap atau tingkah lakunya lebih terkesan menggiring pekerjaannya dan kerap menimbulkan rasa takut pada anak buahnya. Karena sikap itu menyagkut pola rasa dan pola pikir, sehingga pengaruh sikap boss semacam itu, menurut seorang pakar kepribadian, Dale E. Golloway, akan membuat anak buahnya menjadi gelisah, menderita, melukai hati, dan bahkan bisa mendatangkan musuh.
Seorang boss juga lebih tergantung pada wewenang, terutama wewenang struktural. Kalau tidak lagi memiliki wewenang, maka pengaruhnya tidak ada. Bahkan orang lain tidak lagi respek pada dia, manakala sudah tidak menjadi boss lagi. Itulah memang konsekuensinya kalau seseorang lebih menggunakan wewenang struktural. Jadi orang lebih terpengaruh pada boss yang punya wewenang tersebut, dan bukan pada hubungan moral seperti yang lebih baik dilakukan seorang pemimpin.
Dan, saya kerap melihat, bahwa seorang boss cenderung suka menyalahkan anak buahnya, karena dia memang lebih suka menetapkan kesalahan tanpa menunjukkan jalan keluar, dan boss itu tahu bagaimana itu dilakukan. Tapi lain halnya dengan seorang pemimpin, dia lebih tahu bagaimana memperbaiki kemacetan yang dilakukan bawahannya atau pengikutnya dan bisa menunjukkan cara mengatasinya.
Boss juga lebih suka mengatakan “Aku”, sementara pemimpin lebih suka mengatakan “Kita”. Perbedaannya tak hanya itu. Boss juga lebih suka mengatakan “Jalan”! jadi lebih bersikap otoriter. Sangat berbeda dengan cara pemimipin dalam menggerakkan karyawannya lebih bersikap egaliter, maka tak mengherankan lebih cenderung mengatakan “Mari kita jalan!”.
Oleh karena itulah, dalam mengembangkan bisnis kita dan dalam menghadapi persaingan bisnis ysng semakin keras saat sekarang ini, saya kira memang dibutuhkan entrepreneur – entrepreneur leader. Keberhasilan bisnis kita akan lebih sukses karena tindakan dan keputusan strategis yang diambil oleh entrepreneur leader.
Sebab, dalam kepemimpinannya mereka lebih menekankan pada hubungan manusiawi, sehingga orang – orang di bawahnya termotivasi dan lebih mampu menggunakan pemikiran dan wawasan kreatifnya. Sebaliknya, boss tidak mampu menumbuhkan sikap semacam itu. Maka, jadilah entrepreneur leader.
Kesimpulan
Dengan ini maka dapat disimpulkan bahwa pemimpin tidak sama dengan boss. Didalam setiap organisasi pasti dibutuhkan sosok seorang pemimpin yang bijaksana, mementingkan kesejahteraan bersama, bertanggung jawab, adil, tidak egois, bersifat kekeluargaan serta dapat memotivasi karyawannya. Bukan seorang boss yang egois, individual, mementingkan kepentingan sendiri, tidak menerima saran dari orang lain, sombong serta tidak dapat memotivasi karyawannya. Karena itulah sosok seorang boss tidak akan membawa perubahan positif yang dapat memajukan suatu organisasi sedangkan seorang pemimpin dapat memotivasi dan memberi dorongan kepada anak buahnya sehingga dapat memberi perubahan yang positif pada suatu organisasi. Dengan demikian organisasi tersebut dapat maju dan berkembang dengan pesat serta memberi kesejahteraan bagi semua pihak yang terlibat.
No comments:
Post a Comment